Pages

Jumat, 19 Desember 2014

Tebing Spikul Watu Limo Trenggalek

Pemuda merupakan organ penting dalam pembangunan bangsa, bergejolak hidup penuh tantangan, belajar, berlatih, wisata dan melakukan kegiatan perjalanan ke alam bebas. Hal tersebut dapat digabungkan menjadi satu dengan kegiatan wisata minat khusus yaitu panjat tebing dan edukasi tentang kearifan lokal masyarakat sekitar tempat pemanjatan. Desa Watu Agung, Kecamatan Watu Limo Kabupaten Trenggalek memiliki tebing Sepikul yang berpotensi untuk mengembangkan minat dan bakat wisata khususnya olahraga panjat tebing.
Tebing Sepikul, merupakan tebing yang selama ini banyak didengungkan oleh para penggiat panjat tebing alam yang berada di Indonesia. “Sepikul” merupakan kata dari bahasa jawa yang berarti Satu Pikulan. Tebing yang menjulang ke atas menyerupai tower tersebut memiliki terbagi sebanyak 3 tower
yang bersebelahan. 2 tower yang berhimpitan sebelah timur adalah gunung Sikambe dan 1 sebelah barat dikenal dengan gunung Suwur. Gunung Sikambe memiliki 3 Jalur, 1 diantaranya memiliki jalur yang sudah terpasang hanger (tambatan berbahan besi anti karat sebagai tempat memasang pengaman) sampai puncak tebing. Sedangkan 2 jalur di tower 2 tebing Sepikul belum terpasang hanger sampai puncak tebing. Sebelum melakukan pemanjatan di tebing yang berada pada koordinat 08°12’27” Lintang Selatan dan 111°43’04,6” Bujur Timur dengan ketinggian start point 314 meter ini adapun persyaratan yang harus kita capai, salah satunya adalah pemberitahuan. Sekitar 15 menit perjalanan anda sebelum jalan ke campground ada salah satu rumah warga yang dijadikan posko pemanjatan yaitu kediaman Bapak Kamidi di RT 3 RW 10 Desa Watuagung yang merupakan salah satu jajaran staf Polisi Sektor Watulimo. Pemberitahuan juga ditujukan kepada Kepala Desa Watu Agung dan Ketua RT setempat.
Karakteristik batuan pada tebing Sepikul adalah batuan andesit. Pada jalur pemanjatan utama yang dapat ditempuh dengan memasang quickdraw sampai puncak tebing tersebut, anda dapat menemui 12 pitch yang rata – rata terpasang lebih dari 2 pengaman di tiap pitchnya (sebutan teras di tebing sebagai wadah istirahat pemanjat dan mengamankan pemanjat selanjutnya). Jarak antar pitch sekitar 25 – 35 meter. Adapun bentuk manajemen pemanjatan yang dapat anda aplikasikan pada jalur ini yang memiliki kelemahan dan kelebihan masing - masing. Yaitu sistem pemanjatan himalayan dan sistem pemanjatan alpin. Bila anda melakukan pemanjatan alpin, tali dan pengaman yang anda gunakan akan lebih sedikit dibandingkan dengan sistem pemanjatan himalayan, sebab tali yang anda gunakan tidak dapat terhubung dari start pemanjatan sampai puncak tebing dan pastinya anda akan menikmati suasana menginap di tebing selama beberapa hari untuk mencapai puncak. Tak lupa bawalah perbekalan logistik dan pakaian yang mencukupi untuk beberapa hari kedepan. Begitupun sebaliknya, ketika anda melakukan sistem pemanjatan himalayan, kira – kira anda akan membutuhkan banyak tali (fix rope dari start pemanjatan sampai puncak tebing saling terhubung) dan pengaman yang cukup guna melakukan pemanjatan sampai puncak tebing, anda akan membutuhkan tenaga ekstra untuk naik turun tebing saat melakukan pemanjatan dan kemudian turun tebing, istirahat lagi di campground.
Setelah sampai puncak tebing dengan grade 5.11 versi yosemite decimal system ini, jika anda meneruskan memanjat sampai ke atas maka anda akan sampai pada puncak gunung Sikambe, menurut informasi dari beberapa warga sekitar anda dapat menemui tanah luas dan disana ada batu “Dimaran”, biasanya dijadikan sebagai tempat pertapaan. Disebut “Dimaran” karena batu tersebut menyerupai lampu lentera atau “damar” kata dari bahasa jawa. Karena sebagai penggiat alam bebas yang sebaiknya menghargai kebudayaan setempat, tidak disarankan untuk kesana karena mitosnya anda akan tersesat. Akan lebih aman dan menarik saat anda menuruni tebing melalui jalur pemanjatan yang telah anda panjat. Pada setiap Pitchnya anda dimudahkan dengan terpasangnya hanger berbentuk ring atau cincin oval yang dapat dijadikan tambatan untuk melakukan turun tebing menggunakan tali dua, sehingga anda tidak perlu meninggalkan alat ketika menuruni tebing.
Setiap peringatan hari lahir bangsa Indonesia, ada pengibaran Sang Saka Merah Putih di tebing Sepikul yang diselenggarakan oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia dan penggiat panjat tebing lainnya di sini. Jangan lupa mampir kesana saat anda tidak melakukan aktifitas ketika tanggal merah peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
Sembari anda menikmati wisata Panjat Tebing yang berketinggian ± 350 meter di atas permukaan tanah, anda dapat melakukan wisata petik buah durian yang berada di sekitar start point pemanjatan di jalur utama (sampai top tebing). Petik buah durian biasanya saat musim panen sekitar bulan Januari sampai Maret dan langsung bisa dinikmati buah durian yang sudah masak pohon, yang pasti rasa dan harganya berbeda dengan durian yang biasanya anda temui di pinggir jalan. Anda tinggal menanyakan petani durian yang berada di kebun tersebut dan silahkan “pitung – pitungan” atau tawar menawar harga. Warga Desa Watu Agung utamanya warga sekitar tebing Sepikul mayoritas bekerja sebagai petani kebun. Selain buah durian, aset besar Kecamatan Watulimo adalah cengkeh. Jadi penambang batu di sekitar tebing merupakan pekerjaan sambilan ketika warga menunggu musim panen.

Menurut warga penambang yang sempat kami tanyakan, mereka mendapatkan gaji 150 ribu rupiah ketika mendapatkan batu andesit tersebut sampai satu truck. Menyelesaikan batu sampai dapat dimanfaatkan bahan bangunan menghabiskan waktu 2 – 3 hari di setiap trucknya.
Sepulang dari tempat peraduan adrenalin ketinggian tebing Sepikul, anda dapat menikmati wisata penelusuran gua Sripit atau lebih sering dikenal dengan gua Lowo dengan jarak tempuh kira - kira 5km. Anda juga dapat menikmati pemandangan pantai Prigi nan Elok ke arah selatan adapun kebudayaan khas disana yaitu Larung Sembonyo yang merupakan peringatan rasa syukur terhadap Tuhan kepada masyarakat pantai Prigi karena karunianya telah memberikan rezeki kepada masyarakat dan doa agar terhindar dari bencana. Larung Sembonyo dilaksanakan ketika tanggal 1 Suro. Kesenian lainnya adalah seni Tayub. Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan dan dilihat oleh penulis, perkataan tayub menurut ketoro boso adalah ringkasan dari bahasa “ditoto guyub” atau ditata akrab. Dengan penyajian gerak tari dari para penari yang didendangkan oleh penabuh, kemudian para penonton dapat mengikuti seirama alunan musik dangdut dan keroncong pada umumnya maka akan tercipta suasana kebersamaan dan persaudaraan antar pemain.
Dengan wisata minat khusus panjat tebing, dapat dijadikan bahan ilmu pengetahuan dan pelatihan mental. Masih banyak lagi tebing alam yang menjulang tinggi beserta objek wisata nan elok yang tak kalah menarik dengan tebing Sepikul.

0 komentar:

Posting Komentar